Jumat, 21 Januari 2011

Laporan Praktikum Avertebrata Air


BAB 1
PENDAHULUAN



1.1        Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudra Fasifik dan samudra Hindia dan mempunyai tatanan geografi laut yang sangat sulit dilihat dari topografi dasar lautnya. Hampir semua dasar laut dapat di temukan seperti paparan, lereng dan cekungan yang berupa basin dan palung. Bentuk dasar yang majemuk tersebut beserta lingkungan air di atasnya memberi kemungkinan munculnya keanekaragaman hayati yang tinggi, dengan sebaran yang luas, baik secara vertikal maupun secara horisontal (Romimohartanto dan Juwana., 2001).
Di dunia ini terdapat lebih dari satu juta spesies hewan yang sudah teridentifikasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menjumpai hewan vertebrata daripada avertebrata, tetapi sebenarnya jumlah spesies vertebrata hanya 5% dan selebihnya merupakan avertebrata (Suwignyo, dkk., 2005).
Peranan avertebrata air secara langsung terkait dengan ikan adalah sebagai bahan makan, sebagai parasit ikan, sebagai pemangsa ikan, dan sebagai kompeterior ikan. Adapun manfaat avertebrata air bagi manusia yaitu sebagai bahan konsumsi, usaha budidaya, sebagai indikator biologis yaitu dapat digunakan sebagai petunjuk tingkat pencemaran perairan misalnya cacing dari tubificiade dan larva chironomus.  Selain bermanfaat bagi manusia avertebrata air juga dapat merugikan yaitu sebagai inang perantara beberapa penyakit seperti penyakit demam keong (schitosomiasis) dimana siput sebagai inang perantara dan penyakit kakai gajah (elphantiasis atau filariasis) dengan nyamuk sebagai inang perantara. Berbagai jenis avertebrata air juga merupakan sebagai inang perantara bagi parasit ikan.
1.2        Rumusan Masalah
Adapun masalah sehingga menyebabkan perlunya dilakukan praktek lapang adalah kurangnya pengetahuan tentang organism dan habitat hidup hewan avertebrata laut yang terdiri dari tiga ekosistem yaitu ekosistemlamun, ekosistem karang, dan ekosistem mangrove.
1.3        Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai sehingga penting untuk melakukan peraktikum ini yaitu untuk melihat dan mengamati langsung hewan-hewan avertebrata termasuk lingkungannya.




 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ditinjau dari segi bentuk, ukuran, dan adaptasi lingkungan, hewan avertebrata air mempunyai keanekaragaman yang tinggi. Sementara dari segi ukuran dijumpai mulai dari yang berukuran mikron sampai meter, dari bentuk tubuh yang sederhana sampai yang kompleks. Dilihat dari lingkungan hidupnya, ada yang di darat, air tawar, air payau, air laut, bahkan ada yang di daerah ekstrim seperti danau garam.
Avertebrata air dapat didefinisikan sebagai hewan tidak bertulang belakang, yang sebagian atau seluruh daur hidupnya, hidup di dalam air. Berdasarkan keterangan tersebut, tentunya ada kaitan antara avertebrata air dengan perikanan yang keduanya berhubungan dengan lingkungan perairan. Bidang perikanan tidak hanya mencakup studi tentang perikanan saja, melainkan juga menyangkut seluruh kehidupan yang terdapat di dalam perairan, termasuk avertebrata. Semua kehidupan dalam perairan membentuk hubungan keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, juga dengan lingkungan yang disebut ekosistem.
2.1        Filum Crustaceae
Phylum crustacea pada umumnya merupakan hewan akuatik. Kata crustacea berasal dari bahasa Latin, yaitu crusta yang berarti cangkang yang keras. Sifat umum dari kelas ini adalah kerangka luar keras yang terbuat dari kitin, yakni polisakarida majemuk yaitu suatu jenis karbohidrat. Cangkang dihasilkan oleh epidermis dan karena sifatnya yang tidak elastis jika mengeras, dimana tubuhnya ditinggalkan secara berkala untuk memungkinkan hewan tumbuh.
Phylum crustacea merupakan golongan hewan yang tubuhnya memiliki ruas-ruas dan segmen. pada umumnya hewan ini terdapat di air laut dan di air tawar. Contoh dari hewan ini berupa udang putih, udang windu, kepiting bakau, kepiting rajungan,  dan lobster.
Spesies ini terdapat sekitar 40.000 spesies, mencakup jenis-jenis copepoda udang dan kepiting. Hewan ini berukuran kurang dari 0,1 mm sampai 60 cm, dengan berbagai bentuk tubuh dari panjang sampai bulat. Sebagian besar hidup dilaut, 13% di air tawar, dan 3% di darat. Keberhasilan crustacea hidup di perairan antara lain disebabkan oleh anggota badannya yang bersendi-sendi, sehingga mudah berjalan atau berenang dengan cepat. Tubuh crustacea seperti halnya arthropoda lain dilapisi utikula dan biasanya mengandung zat kapur, baik pada epikutikula maupun prokutikula (Aslan, dkk., 2010).
2.1.1  Morfologi
Pada dasarnya tubuh crustacea dapat dibedakan menjadi kepala, thorax, dan abdomen. Istilah somite, metamere atau body segments seringkali digunakan untuk menyatukan ruas tubuh. Tiap tiap ruas tubuk memiliki sepasang apendik (anggota badan) yang biramus dan jumlahnya banyak. Namun dalam evolusinya terjadi pengurangan jumlah apendik dan perubahan bentuk sesuai fungsinya            (Aslan,dkk  2010).
Pada kepala crustacea dewasa berturut-turut dari anterior ke posterior terdapat sepasang antenna pertama (antennules), sepasang antenna kedua (antenna), sepasang mandible mengapit mulut dan menutup bagian ventral mulut, sepasang maksila pertama dan sepasang maksila (maxilla) kedua. Bentuk mandible pendek dan tebal berfungsi untuk menggigit dan menggiling, maksila pertama dan maksila kedua menghilang, sedangkan pada ostracoda maksila kedua hilang sama sekali. Tubuh crustacea seperti halnya arthropoda lain dilapisi kutila dan biasanya mengandung zat kapur baik pada epikutikula terdapat endapan garam-garam kalsium (Aslan, dkk 2010).
Crustacea adalah arthropoda yang sebagian besar hidup di laut dan bernafas dengan insang. Tubuhnya terbagi dalam kepala (cephalin), dada (thorax) dan abdomen. Kepala dan dada bergabung membentuk kepala-dada (cephalothorax). Kepalanya biasanya terdiri atas lima ruas yang tergabung menjadi satu. Mereka mempunyai dua pasang antena, sepasang mandibel (mandible) atau rahang dan dua pasang maksila (maxila). Dada mempunyai embelan dada yang bentuknya berbeda-beda. Beberapa diantaranya digunakan untuk berjalan. Ruas abdomen biasanya sempit dan lebih muda bergerak dari pada kepala dan dada. Ruas-ruas tersebut mempunyai embelan yang ukuranya sering mengecil (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
Crustacea mempunyai 2 pasang antena, 1 pasang mandibulata dan 2 pasang maksila, tubuhnya tertutup karapaks, dan ekor dengan telson. Cerustacea juga mempunyai beberapa apendages, tubuh dapat dibedakan atas kepala, dada, dan perut. Respirasi crustacea menggunakan insang, eskresi dengan kelenjar antenal dan atau mandibular (Suhardi, 2007).
Gambar 30. Struktur tubuh udang
2.1.2  Habitat
Hewan-hewan pada Phylum crustacea ini banyak ditemukan di darat, air tawar, dan laut, serta di dalam tanah. Hewan ini juga merupakan hewan yang paling banyak jenis atau macam spesiesnya, lebih kurang 75% dari jumlah keseluruhan spesies hewan di dunia yang telah diketahui (Aslan, 2010) Habitat kepiting rajungan dapat dikatakan beranekaragam dari daerah pantai berlumpur dengan rumput laut, di pulau-pulau karang, sampai pada air payau yang berdekatan dengan air laut. Kepiting rajungan sering terlihat berenang dekat permukaan dan dapat ditemukan pada kedalaman kurang dari 1 meter sampai 65 meter. Distribusi organisme ini cukup luas yakni dari daerah tropis hingga ke daerah beriklim dingin (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
Udang windu adalah binatang yang hidup di perairan, khususnya sungai maupun laut atau danau. Udang windu dapat ditemukan di hampir semua genangan air yang berukuran besar baik air tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan     ( http://id.wikipedia.org/wiki/Udang.)
Lobster umumnya mendiami tempat-tempat yang terlindung diantara batu-batu karang pada kedalaman sampai 16 meter dan jarang terlihat dalam jumlah banyak.  Tempat persembunyiannya merupakan tempat khusus berupa celah pada batu keras, tetapi dapat pula berupa tumbuhan laut seperti padang lamun dan liang batu pada substrat yang lunak (Suwignyo ,2005).
2.2        Filum Molusca
Mollusca berasal dari bahasa Romawi yaitu molis yang berarti lunak sehingga semua hewan yang tergolong phylum ini memiliki tubuh lunak. Umumnya tubuhnya bercangkang, tetapi ada juga yang tidak memiliki cangkang. Cangkang terbuat dari zat kapur. Letak cangkang tersebut ada yang di luar tubuh, tetapi ada juga yang terletak di dalam tubuh. Selain itu di antara anggotanya ada yang dimanfaatkan oleh manusia sebagai makanan.
Jenis mollusca yang umum dikenal ialah siput, kerang dan cumi-cumi. Mollusca hidup sejak periode Cambrian, terdapat lebih dari 100.000 spesies hidup dan 35.000 spesies fosil. Kebanyakan dijumpai di laut dangkal, beberapa pada kedalaman sampai 7.000 m, beberapa di air payau, air tawar dan darat.
Anggota dari phylum mollusca mempunyai bentuk tubuh yang sangat beraneka ragam, dari bentuk silindris seperti cacing dan tidak mempunyai kaki maupun cangkang, sampai bentuk hampir bulat tanpa kepala dan tertutup dua keping cangkang besar. Oleh sebab itu, berdasarkan bentuk tubuh, bentuk dan jumlah cangkang, serta beberapa sifat lainnya, phylum mollusca dibagi kedalam 8 kelas, yaitu Chaetodermomorpha, Neomeniomorpha, Monoplacophora, Polyplacophora, Gastropoda, Pelecypoda/Bivalvia, Scaphopoda dan Cephalopoda (Aslan, dkk., 2010).
2.2.1  Morfologi
Filum mollusca meliputi keong, kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, sotong dan sebangsanya. Bentuknya simetri bilateral, tidak beruas dan banyak di antara mereka mempunyai cangkang dari kapur. Kerang, tiram, keong dan cumi-cumi nampak sekilas tidak menunjukkan bentuk serupa, akan tetapi jika dipelajari secara teliti mereka mempunyai beberapa struktur yang sama. Salah satunya adalah alat yang disebut kaki. Pada keong kaki ini biasanya digunakan untuk merayap atau berjalan di permukaan, pada kerang digunakan untuk menangkap mangsa. Dalam masing-masing tubuh hewan ini terdapat suatu rongga yang dinamakan rongga mantel yang terletak di antara tubuh utama dan mantel, yakni suatu amplop pembungkus. Anus membuka ke dalam rongga mantel (Romimohtarto dan Juwana, 2001).Pada cephalopoda kepala nampak jelas; mata besar dikelilingi dengan tentakel-tentakel yaitu sebagai kaki yang bermodifikasi. Sebagian kaki juga menjadi corong yang terbuka pada ruang mantel, menjadi system organ yang kompleks, rumah mungkin ada, mungkin tidak ada, biasanya ada kelenjar tinta, kelamin terpisah, tidak ada stadium larva, hewan-hewan mudah menetas seperti miniature hewan dewasa dan langsung berenang (Brotowidjoyo, 1994).
Bentuk fisik gurita memiliki 8 lengan (bukan tentakel) dengan alat penghisap berupa bulatan-bulatan cekung pada lengan yang digunakan untuk bergerak di dasar laut dan menangkap mangsa. Lengan gurita merupakan sturktur hydrostat muskuler yang hampir seluruhnya terdiri dari lapisan otot tanpa tulang atau tulang rangka luar. Gurita tidak memiliki cangkang sebagai pelindung di bagian luar seperti halnya nautilus dan tidak memiliki cangkang dalam atau tulang seperti sotong dan cumi-cumi (Wikipedia, 2010 ).
Pada dasarnya tubuh pelecypoda pipih secara lateral dan seluruh tubuh tertutup bulu keeping cangkang yang berhubungan di bagian dorsal dengan adanya “hinge ligament” yaitu semacam pita elastik yang terdiri dari bahan organik seperti zat tanduk (conchiolin) sama dengan periostrakum, bersambungan dengan periostrakum cangkang. Kedua keping cangkang pada bagian dalamnya juga dibantu oleh sebuah otot aduktor dan sebuah otot aduktor posterior, yang bekerja secara antagonis dengan hinge ligament. Bila otot aduktor rileks, ligament berkerut, maka kedua keping cangkang akan terbuka, demikian pula sebaliknya. Pada kebanyakan pelecypoda untuk mempererat sambungan kedua keping cangkang, di bawah hinge ligament terdapat gigi atau tonjolan pada keping yang satu dan lekukan atau alur pada keping yang lain (Suwignyo, dkk.,  2005).
2.2.2  Habitat
Phylum mollusca kebanyakan ditemukan di laut dangkal dan beberapa ditemukan  pada  kedalaman  sampai  7000 meter,  beberapa lagi di air payau, air tawar dan di darat.  Penyebarannya banyak terdapat di perairan, darata dan tempat-tempat yang dangkal dan terdapat 100.000 spesies yang hidup (Suwignyo, dkk., 2005).
Pada gastropoda habitat hidup terdapat didarat, perairan tawar dan terbanyak dilaut. Kelas pelecypoda umumnya terdapat didasar perairan yang berlumpur atau berpasir, beberapa hidup pada substrat yang lebih keras seperti lempung, kayu atau batu (Aslan, dkk., 2010).
Gurita banyak ditemukan di laut tropis dan subtropis di sekitar daerah mediterania, daerah-daerah Timur jauh dan Pasifik Selatan. Di Indonesia juga terdapat di perairan Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat Riau, Sumatera Utara dan Aceh. Gurita dapat hidup di air dangkal dan juga terdapat pada batas-batas pasang surut sampai agak dalam. Penyebaran gurita sangat luas dan hampir terdapat di seluruh perairan, mulai dari perairan dingin hingga perairan panas, dari perairan pantai sampai dengan perairan yang sangat dalam.
 2.3        Filum Echinodermata
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani, echinus yang berarti duri dan dermal yang berarti kulit. Jadi, echinodermata adalah hewan yang mempunyai kulit berduri. Anggota echinodermata semuanya hidup di laut. Bintang laut, bulu babi atau teripang biasanya hidup di pantai yang airnya jernih dan tidak terlalu bergelombang. Teripang  sering bertebaran di pasir laut yang putih.
Echinodermata memiliki kulit keras, yang terbuat dari zat kapur atau kitin. Ini digunakan sebagai rangka luar. Pada permukaan kulit terdapat duri-duri. Tubuhnya simetri radial yang berarti jika dipotong secara radial atau berdasarkan jari-jari, maka akan terbentuk bagian tubuh yang simetris. Hewan ini mempunyai lima lengan, dimana mulutnya terletak di bawah, sedangkan anus di atas.
Keistimewaan phylum echinodermata adalah mempunyai susunan tubuh lipat lima dan sistem saluran air. Dikatakan susunan tubuh lipat lima karena organ-organ tubuhnya berjumlah lima atau kelipatannya, misalnya 5, 10, 15, 20, 25 dan seterusnya. Sistem saluran air sering disebut sebagai sistem ambulakral, yakni berupa saluran-saluran air dari madreporit menuju ke kaki-kakinya. Air dapat keluar masuk melalui sistem ini. Sistem ini digunakan untuk bergerak, bernapas dan membuka mangsanya (misalnya membuka cangkang keras). Phylum echinodermata dibagi dalam 5 kelas, yaitu Holothuroidea (teripang), Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang ular), Echinoidea (bulu babi) dan Crinoidea (lili laut) (Aslan, dkk 2010).
2.3.1  Morfologi
Echinodermata adalah hewan-hewan laut yang kulitnya berduri atau berbintil. Phylum echinodermata mempunyai bentuk tubuh, anatomi dalam dan fisiologis yang sangat kuat dimana bentuk tubuhnya simetris radial lima penjuru, meskipun hewan-hewan ini termasuk dalam divisi bilateral.  Permukaan tubuhnya terbagi menjadi lima bagian yang terjadi atas daerah ambulakral yaitu tempat menjulurnya kaki tabung, dan daerah interamburakral yang tidak ada kaki tabungnya.  Rongga tabungnya dilapisi poriteneum bersilia, dalam perkembangan sebagai tubuh menjadi sistem pembuluh air, sesuatu organ yang tidak demikian oleh hewan avertebrata lainnya (Nontji, 2005).
2.3.2  Habitat
Echinodermata sangat umum dijumpai di daerah pantai terutama di daerah terumbu karang kemudian juga di daerah pantai berbatu yang berlumpur.  Di Indonesia echinodermata terdapat dikawasan Indo pasifik barat dan sekitarya yakni teripang sebanyak kurang lebih 141 jenis, bulu babi 84 jenis, dan lili laut sebanyak 92 buah.  Echinodermata dapat hidup di laut dalam, bahkan di palung laut dan juga ada di pantai (Nontji, 2005).
 Semua jenis echinodermata hidup di laut, mulai daerah litoral sampai kedalaman 6.000 m. daerah Indo pasifik terutama sekitar pulau-pulau Fhilipina, Kalimantan dan Irian merupakan daerah kaya akan berbagai jenis lili laut, teripang dan bintang ular. Hewan ini biasanya hidup di pantai dan di dalam laut sampai kedalaman sekitar 366 m. Sebagian hidup bebas, hanya gerakannya lamban, hewan ini tidak ada yang parasit. Ada sekitar 5.300 jenis echinodermata yang sudah dikenal manusia. Jumlahnya amat banyak, karena musuh hewan ini hanya sedikit (Aslan, dkk, 2010).



 BAB III
METODE PERAKTIKUM

3.1        Waktu dan Tempat
Peraktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu 21 November 2010, pukul    07 - 10.00 WITA, yang bertempat di pesisir pantai Desa Pandambaea Barata, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan, Kendari.
3.2        Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam peraktikum ini dengan cara manual dan bahannya yaitu wadah kantong pelastik dan ember.
3.3        Metode Peraktek
Metode yang digunakan yaitu dengan cara pengamatan langsung, pada ekosistem mangrove, mencari pada bagian substrak, batang dan akar. Pada lamun memperhatikan sekitar dasar perairan lamun, sedangkan pada ekosistem karang mengamati pada celah-celah karang dan bebatuan.

 
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1           Hasil
Hasil yang ditemukan pada saat pengamatan dan organisme yang di temukan dapat dilihat pada table berikut:
No
Ekosistem
Jenis Organisme
Fillum
1
Ekosistem Lamun
1.      Kepiting Rajungan
2.      Bintang Laut
Crustacea
Echinodermata
2
Ekositem Karang
1.      Bulu Babi
2.      Spons
3.      Karang Batu
Echinodermata
Porifera
Coelenterata
3
Ekosistem Mangrove
1.      Kepiting Bakau
2.      Cacing laut
3.      Kerang
4.      Keong
Crustacea
Annelida
Mollusca
Mollusca


4.2        Pembahasan
4.2.1 Filum Crustacea
Berdasarkan hasil pengamatan pada kepiting bakau (Scylla serrata), sangat jelas terlihat morfologi dari S. serrata khususnya pada bagian dorsal dan bagian ventral. Bagian dorsal dari S. serrata terdapat dactilus, propondus, basis, ischium, merus, tarsus,  capit, mata, gigi, kaki renang, karapaks dan kaki jalan. Sedangkan pada bagian ventralnya terdiri dari maksiliped ketiga, telson, sternum dan abdomen. Perbedaan yang sangat jelas terlihat antara S. serrata  jantan dan betina dapat dilihat dari abdomen (bagian ventral). Abomen pada S. serrata jantan lebih kecil dibandingkan dengan abdomen pada betina. Abdomen pada betina lebih besar dikarenakan telur yang dihasilkan oleh S. serrata betina menempel pada abdomen sehingga abdomen pada betina lebih besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Romimohtarto dan Juwana (2007), bahwa bentuk abdomen yang jantan umumnya sempit dan meruncing ke depan sedangkan bentuk abdomen betina melebar dan setengah lonjong. S. serrata merupakan Filum Arthropoda yang termasuk dalam Kelas Crustacea dan termasuk dalam Ordo Decapoda.
Pengamatan pada kepiting rajungan (Portunus pelagicus) baik dorsal dan ventralnya hampir sama dengan Scylla serrata yaitu pada bagian dorsal terdiri dari dactilius, propondus, basis, ischium, merus, tarsus, mata, gigi, kaki renang, karapaks dan kaki jalan. Sedangkan pada bagian ventral terdiri dari maksiliped ketiga, telson, sternum dan abdomen. Namun yang membedakan antara S. serrata dan P. pelagicus  yaitu pada P. pelagicus terdapat ujung yang runcing yang disebut Epibranchial spine, sedangkan pada S. serrata  tidak terdapat Epibranchial spine. Pada P. pelagicus,  perbedaan yang sangat jelas terlihat antara P. pelagicus  jantan dan betina adalah pada bagian abdomen (bagian ventral) dan capit (bagian dorsal). Abdomen pada jantan lebih kecil dibandingkan dengan betina yang memiliki abdomen yang lebih besar. Sedangkan capit pada jantan lebih panjang daripada yang betina, perbedaan lainnya terdapat pada warna yang dimiliki.  P. pelagicus jantan memiliki warna lebih cerah dibandingkan dengan betina yang agak suram. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nontji (2005), P. pelagicus jantan mempunyai ukuran tubuh lebih besar, capitnya pun lebih panjang daripada yang betina, warna dasar pada jantan adalah kebiru-biruan dengan bercak-bercak putih terang, sedangkan pada betina warna dasarnya kehijau-hijauan dengan bercak-bercak keputih-putihan agak suram. P. pelagicus  merupakan Filum Arthropoda yang termasuk dalam Kelas Crustacea dan termasuk dalam Ordo Decapoda.
4.2.2  Filum Echinodermata
Pengamatan pada Kelas Asteroidea yaitu pada bintang laut (Protoreaster nodosus). Dari hasil pengamatan yang di lakukan terlihat dengan jelas bentuk P. nodosus yang seperti bintang dengan lima lengan yang memanjang dari suatu cakram pusat dan memiliki duri yang disebut pappila. Di bagian bawah lengan terdapat kaki tabung yang berfungsi untuk bergerak, bernafas atau membuka mangsa. Mulut pada P. nodosus terdapat di bagian pusat pada sisi oral yang berfungsi untuk menyerap makanan sedangkan anusnya terdapat di sisi atas (aboral) yang berfungsi untuk mengeluarkan sisa metabolisme. Di dekat anus terdapat madreporit yang berfungsi sebagai lubang tempat masuknya air dari luar tubuh. Bintang laut amat mudah dikenali dari bentuknya seperti bintang berlengan lima atau lebih, mulut P. nodosus terdapat di bagian pusat pada sisi oral yang menghadap ke bawah atau menghadap ke dasar laut, sedangkan duburnya terletak di sisi aboral yang menghadap ke atas, di bagian bawah tiap lengan terdapat celah ambulakral yang memanjang dan dari situ keluar deretan kaki-kaki kecil berupa kaki-kaki tabung.
Pada kelas Echinoidea yaitu bulu babi (Echinotrix calamaris) dimana diketahui bahwa morfologi tubuhnya berbeda dengan bintang laut. Tubuh E. calamaris  berbentuk seperti bola bulat yang tidak memiliki lengan  dengan cangkang keras yang dipenuhi dengan duri-duri yang tidak terlalu panjang berwarna hitam putih yang rapuh yang berfungsi untuk berjalan. Echinotrix calamaris  memiliki alat untuk bergerak yang disebut kaki tabung (tube feet) yang mencuat di antara duri-duri tubuhnya dan juga memiliki mulut yang terdapat di bagian bawah (oral) sedangkan anusnya terdapat di atas (aboral) yang berfungsi sebagai tempat pengeluaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nontji (2003), yang mengatakan bahwa tubuh dari Echinoidea umumnya berbentuk seperti bola dengan cangkang yang keras berkapur, duri-duri terletak berderet dalam garis-garis membujur dan dapat digerak-gerakkan, mulutnya terletak di bagian bawah menghadap ke dasar laut sedangkan duburnya menghadap ke atas di puncak bulatan cangkang.
4.2.3  Filum Porifera
Dari hasil pengamatan terlihat pula ciri anatomi dari spons yaitu memiliki Osculum, Spongosoel, Choanocyte dan Epidermis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pipit dan Diah (2008), bahwa tubuh porifera terdiri atas dua lapisan sel (diploblastik), yaitu lapisan luar (epidermis) dan lapisan dalam (endodermis). Lapisan luar (endodermis) disusun oleh sel-sel pipih epithelium yang disebut pinacocytes. Sedangkan lapisan dalam (endodermis) disusun oleh sel-sel berflagel yang disebut Koanosit (choanocyte), berfungsi untuk mencerna makanan. Di epidermis terdapat pori-pori yang disebut ostium. Pori-pori ini terbuka ke rongga interior yang disebut Spongosoel (atrium). Spongosoel adalah rongga pada tubuh porifera yang berfungsi untuk meyebarkan makanan.
4.2.4  Filum Colenterata
Polip karang mempunyai mulut yang terletak di bagian atas dan juga berfungsi sebagai dubur dan tentakel-tentakel yang digunakan untuk menangkap mangsanya. Tubuh polip terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam yaitu ektoderm, mesoglea, dan endoderm.  Dalam lapisan endoderm, hidup simbion alga bersel satu yang disebut zooxantellae yang dapat menghasilkan zat organik yang melalui proses fotosintesis yang kemudian disekresikan sebagian ke dalam jaringan polip karang sebagai pangan. A. Formosa termasuk dalam Filum Coelenterata karena memiliki rongga pada tubuhnya dan termasuk dalam Kelas Antozoa karena memiliki bentuk tubuh menyerupai bunga.

4.2.5  Filum Annelida
Pengamatan terhadap cacing laut (Nereis sp.) memiliki tubuh bersegmen-segmen atau ruas tubuh dan di masing-masing ruas terdapat parapodium yang ditumbuhi sederetan rambut-rambut halus yang berfungsi membantu pergerakannya. Pada bagian anterior tubuh hewan ini terdapat antenna yang berfungsi sebagai alat untuk mencari makan, selain itu terdapat mulut, kemudian di bagian kepala juga terdapat palpus dan tentakel prostomium yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Hewan ini memiliki parapodia yang berubah menjadi insang untuk bernafas. Pada sisi lateral ruas tubuh, kecuali kepala dan bagian ujung posterior terdapat sepasang parapodia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Romimohtarto dan Juwana (2007), yang mengatakan bahwa kepala dari Kelas Polychaeta berakhir dengan prostomium yang ditumbuhi tentakel, di bagian kepala terdapat palpus yakni cuping seperti kerucut yang kuat, masing-masing ruas dilengkapi dengan embelan tubuh atau parapodium yang mencuat dari masing-masing tubuh, parapodium ini mempunyai cuping berdaging yang ditumbuhi bulu kaku.
4.2.6  Filum Molusca
Filum Mollusca meliputi keong, kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, sotong dan sebangsanya. Bentuknya simetri bilateral, tidak beruas dan banyak di antara mereka mempunyai cangkang dari kapur. Kerang, tiram, keong dan cumi-cumi nampak sekilas tidak menunjukkan bentuk serupa, akan tetapi jika dipelajari secara teliti mereka mempunyai beberapa struktur yang sama. Salah satunya adalah alat yang disebut kaki. Pada keong kaki ini biasanya digunakan untuk merayap atau berjalan di permukaan, pada kerang digunakan untuk menangkap mangsa. Dalam masing-masing tubuh hewan ini terdapat suatu rongga yang dinamakan rongga mantel yang terletak di antara tubuh utama dan mantel, yakni suatu amplop pembungkus. Anus membuka ke dalam rongga mantel (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
          Pelecypoda ialah berbagai jenis kerang, remis dan kijing, Kebanyakan hidup di laut terutama di daerah litoral, beberapa di daerah pasang surut dan air tawar. Beberapa jenis hidup pada kedalaman sampai 5000 m. Umumnya terdapat di dasar perairan yang berlumpur atau berpasir, beberapa hidup pada substrat yang lebih keras seperti lempung, kayu atau batu (Aslan, dkk., 2010).



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1        Kesimpulan
1.             Filum Crustacea, pada filum ini terdiri dari kepiting bakau ditemukan pada ekosistem mangrove pada akar bakau, kepiting rajungan ditemukan di daerah lamun dan udang barong pada ekosistem mangrove ditemukan di akar bakau.
2.             Filum Echinodermata, ditemukan dua jenis organisme yaitu bintang laut ditemukan pada ekosistem lamun daerah pantai dan bulu babi pada ekosistem karang.
3.             Filum Porifera, spons ditemukan di celah terumbu karang.
4.             Filum Colenterata, ditemukan karang batu di ekosistem karang pada daerah terumbu karang.
5.             Filum Annelida, Cacing laut pada ekosistem mangrove ditemukan pada substrak dengan cara mengali.
6.             Filum Molusca, ada dua jenis organisme yaitu Kerang ditemukan di substrak pada ekosistem mangrove dan keong diakar bakau pada ekosistem mangrove.


 5.2        Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam praktek lapang ini adalah agar setiap anggota kelompok lebih berpartisipasi dalam penulisan laporan ini dan dalam pengamatan asisten praktek dapat memperlihatkan bagian anatomi dari setiap organisme yang ditemukan.


 DAFTAR PUSTAKA
Aslan, L.M., Yusnaini, Wa Iba, Haslianti, Ratna Diyah Palupi, Wa Ode Piliana, Nursyafrina Islamiyah. 2010. Penuntun Praktikum Avertebrata Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.
Aslan, L.M., Yusnaini, Wa Iba. 2010. Bahan Ajar Avertebrata Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.
Brotowidjoyo, M.D. 1994. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta.
Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Romimohtarto, K dan Juwana, S. 2001. Biologi Laut edisi I Ilmu Pengetahuan Tentang  Biota Laut. Djambatan. Jakarta.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _. 2005. Biologi Laut edisi II Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta.
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _.  2007. Biologi laut edisi III Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta.
Scribd. 2010. http://www.scribd.com/doc/34049452/Cacing -laut-Marine-Worm. Diakses tanggal 29 November 2010.
Suwignyo, B.W., Wardianto, Y., Krisanti, M. 2005. Avertebrata Air Jilid I. Penebar Swadaya. Bogor.
Wikipedia. 2010. Mollusca. http://id.wikipedia.org/wiki/Mollusca. Diakses tanggal 4 Desember  2010.
 Wikipedia. 2010.Crustasea. http://id.wikipedia.org/wiki/Udang. Diakses tanggal 4 Desember 2010.


2 komentar:

  1. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan AEROTUBE untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus
  2. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan AEROTUBE untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus